Prasasti Lawadan yang memuat kalimat “Sukra Suklapaksa Manga Siramasa” menjadi dasar penetapan 18 November 1205 M sebagai hari lahir Tulungagung. Prasasti tersebut merupakan bukti kesetiaan masyarakat Thani Lawadan saat menghadapi musuh Raja Daha, Kertajaya.
Puncak prosesi adat di pendopo ditutup dengan tradisi Rebutan Tumpeng, momen yang selalu dinanti masyarakat setiap tahunnya. Tumpeng Lanang dengan lauk khas seperti nasi kuning, ayam ingkung, ayam lodho, serta aneka hidangan tradisional memenuhi pendopo dengan aroma menggugah selera. Sementara itu, Tumpeng Wadon menampilkan beragam buah dan sayuran hasil bumi Tulungagung.
Tradisi rebutan tumpeng menjadi simbol kerukunan, rasa syukur dan harapan akan keberkahan untuk seluruh masyarakat Tulungagung. Suasana hangat dan penuh keceriaan tampak mewarnai seluruh rangkaian acara hingga selesai. (Red).











