Tokoh adat Distrik Anggruk, menyampaikan apresiasi atas kedatangan Dandim dan Forkopimda. “Kami trauma, tetapi bantuan ini menguatkan kami. Mohon pemerintah tetap hadir agar kami bisa hidup damai,” ujarnya. Seorang guru yang selamat dalam serangan itu juga berharap insiden serupa tidak terulang. “Kami hanya ingin mengajar, bukan menjadi target kekerasan,” katanya.
Selain bantuan darurat, dukungan aparat keamanan dari TNI sudah berada disana untuk memberikan rasa aman untuk membantu dan mengamankan Distrik Anggruk. Langkah ini diharap mampu memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan negara di wilayah terpencil.
Serangan OPM terhadap guru dan nakes kembali menyoroti kerentanan tenaga sipil di daerah konflik. Namun, kehadiran TNI-Polri dan pemerintah di Anggruk menjadi sinyal kuat bahwa kekerasan tidak akan menghentikan pembangunan di Tanah Papua. (*)











