Dan ternyata teori para filsuf diabad modern dijadikan adagium, rujukan filsafat hukum karena berkesesuaian dengan sejarah kehuidupan politik dan kekuasaan suatu negeri dan kekinian terkumpul data empirik dalam praktik, hal yang membuktikan bahwa kombinasi antara bakat alami (faktor genetika/faktor biologis) kepemimpinan ideal disertai pengembangan diri melalui pendidikan, dan pengalaman serta membuktikan dunia edukatif atau pembelajaran (proses belajar dan mengajar) adalah kunci bakal dan penempaan bakat kepemimpinan yang efektif.
Sehingga individu pemimpin yang transparansi di muka publik, serius tendensi menghimbau “agar bangsanya untuk lebih fokus kepada skill”, dibanding intelektual yang berijazah (asli lulus program akademik) adalah asumsi dan picik. Karena logikanya sumber skill itu darimana? Maka, tentunya lebih masyhur dan ilmiah jika skill dilatarbelakangi jenjang akademisi?