Jakarta – Konflik Rusia-Ukraina telah mengubah peta the international security landscape dalam bidang teknologi modern yang mendorong munculnya persaingan antar negara industri maju, sehingga mereka menerapkan pembatasan ketat dalam transfer of hightechnology.
Hal ini disampaikan Kapusjianstralitbang TNI Mayjen TNI A.Z.R. Dondokambey, S.E., M.M. membuka acara Comprehensive Symposium Pusjianstralitbang TNI yang bertemakan “Konseptualisasi Comprehensive Innovation Dalam Pengembangan Produk Pertahanan Nasional”, bertempat di Aula Pusjianstralitbang TNI, Jakarta Pusat, Rabu (23/8/2023).
Disamping itu, menurut Kapusjianstralitbang TNI, high-tech telah memiliki peran penting sebagai “speed power” dalam global politics, sehingga mendorong terjadinya geopolitical rivalry antar negara maju. “Akibatnya, “high-tech supremacy and superiority” menjadi pertimbangan utama kebijakan export control dan juga mereka membutuhkan “trustworthyness” dalam hightech transfer, karena adanya kekhawatiran mereka bahwa negara penerima high-tech berubah menjadi ancaman bagi mereka pada masa depan,” ujarnya.
Kondisi tersebut mendorong terjadinya “tightly export control” atas high-tech system yang akan digunakan untuk keperluan pertahanan, dan juga. Negara produsen high-tech menggunakan prinsip “securitization” pada jenis high-tech tertentu dalam pengembangan sistem senjata militer dengan kebijakan terstruktur untuk melindungi “chokepoint technology” dan keeping owns local high-tech. “Akibatnya, muncul tantangan baru dalam bidang pengembangan sistem persenjataan militer, terutama dalam aspek transfer of knowledge and information, high-technology supply chains. Akhirnya, strategic partnership agreement menjadi pilihan kebijakan bagi negara produsen high-tech agar dapat dilakukan high-tech transfer (political approach),” ungkap Kapusjianstralitbang TNI.
Lebih lanjut, Kapusjianstralitbang TNI mengatakan bahwa dengan kondisi tersebut, permasalahan yang muncul dalam modernisasi sistem persenjataan TNI ke depan akan berhubungan dengan ketersediaan critical emerging high-tech yang semakin dibatasi oleh negara maju. “Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan konsep “Comprehensive Innovation” dalam upaya pengembangan produk industri pertahanan nasional yang melibatkan seluruh komponen bangsa, terutama komunitas ilmuwan nasional, iklim kebijakan ekonomi dan investasi nasional, dan dukung penuh pemerintah,” katanya.
Lebih lanjut, Mayjen TNI A.Z.R. Dondokambey mengungkapkan bahwa Pusjianstralitbang TNI mengadakan simposium untuk membahas dan mendiskusikan tentang implikasi dari high-tech competition dalam pengembangan produk industri pertahanan nasional, merumuskan konsep terbaik comprehensive innovation agar mampu melakukan skill transfer, dan science transfer, serta license transfer, kebijakan dan strategi terbaik dalam membangun iklim industri nasional (private sector) guna mewujudkan comprehensive innovation ke depan, serta kebijakan dan strategi pengembangan produk industri pertahanan nasional ke depan dalam rangka menjamin kedaulatan dan integritas nasional dalam high-tech innovation.
Diskusi berjalan dengan cukup baik dan berhasilkan merumuskan rekomendasi tentang konsep comprehensive innovation sebagai model solution-based concept yang bertujuan untuk membangun innovation culture yang mampu menciptakan keunggulan komparatif produk industri pertahanan nasional yang tinggi dengan teknologi kunci sebagai acuan riset dan pengembangannya, mendorong pengembangan human 2 capital yang berkompetensi tinggi pada segala bidang ilmu pengetahuan melalui lembaga pendidikan nasional untuk mendukung inovasi nasional, meningkatkan kolaborasi nasional untuk mendukung program inovasi nasional, serta mendorong peran serta pemerintah dan stakeholder terkait untuk membangun ekosistem industri dan iklim investasi yang tinggi dalam rangka mendukung inovasi nasional.