“Ini bukan sekadar penurunan biasa, tapi penurunan tajam yang menunjukkan lemahnya kepemimpinan dan strategi bisnis dari Simon,” tegas Uchok.
Meski demikian, ia mengakui masih ada sisi yang sedikit menggembirakan, yakni penurunan liabilitas atau utang perusahaan dari USD 54.193.435.000 pada 2023 menjadi USD 50.267.454.000 pada 2024. Total penurunan utang mencapai USD 3.925.981.000 atau sekitar Rp 62,8 triliun.
Namun, bagi Uchok, capaian itu bukanlah prestasi yang cukup untuk membenarkan posisi Simon sebagai Direktur Utama. Justru, ia menyindir tajam bahwa Simon lebih cocok jadi “tukang kredit” daripada memimpin perusahaan energi sebesar Pertamina.
“Naikin pendapatan dan laba enggak punya keahlian. Tapi kalau nurunin utang, bisa jadi jagonya. Ya, cocoknya sih jadi tukang kredit saja,” tutup Uchok Sky Khadafi dengan nada satir.