Memiliki anak-anak penghafal Qur’an tentunya menjadi dambaan dari setiap orangtua muslim. Apalagi dengan profesi dan gelar tertentu itu sangat luar biasa dan tentunya menjadi cita-cita setiap insan. Sehingga peran dakwah, beramal Makruf nahi mungkar yang menjadi tanggung jawab kaum muslimin bisa berjalan, tidak hanya yang bergelar Ustaz/Ustazah saja.
Namun apakah harapan itu bisa terwujud dengan mudah dalam sistem kapitalisme?
Jika sekedar Hafizh dan dapat profesi yang diinginkan mungkin bagi sebagian besar orang bisa, namun tidak menjamin mereka akan salih sebagai cerminan dari pemahamannya pada isi Al-Quran. Karena hanya dengan memahami isinya Al-Qur’an, maka akan menuntun seseorang itu untuk taat semua aturan/syariat yang ada di dalamnya tanpa pilih-pilih dalam kata lain adalah takwa.












