KAB. GARUT || bedanews.com — Semua pasti mengenal Leuweung Sancang (Hutan Sancang), terutama masyarakat Sunda, leuweung yang dengan pesona keindahannya berikut misterinya. Bagi sebagian orang Leuweung Sancang dikunjungi untuk sekedar menikmati keindahan alamnya, namun sebagian lagi sengaja untuk melakukan ritual agar apa yang dimaksud dan diinginkannya bisa tercapai.
Untuk mengungkapkan hal tersebut, penulis sengaja mengunjungi salah satu tokoh masyarakat yang mengaku bernama Ki Ganda Aria Pamungkas atau lebih akrab disapa Eyang Sepuh, yang menuturkan, kalau Sancang terbagi dimulai dari Sancang satu mulai dari Ranca buaya sampai ke sungai Cikaso, Sancang dua mulai dari Sungai Cikaso sampai ke Sungai Cibaluk, Sancang tiga mulai dari Sunga Cibaluk sampai Cibalieur dan Cigandawesi,
Sancang Empat mulai Ciganda wesi sampai Cipareang, Sancang lima mulai cipareang sampai Cibako, Sancang enam, tujuh delapan dan Sembilan mulai dari Cibako sampai ke Karang Gajah dan Cikaengan.
“Di setiap Sancang ada banyak situs makam-makam kuno, yang paling banyak menyimpan situs pemakaman di Sancang Utama atau Sancang Satu yaitu Situs Gunung Nagara dan Makam Sunan Geusan Ulun/Sunan Ulun di Bukit Sayang Heulang dan masih banyak yang saya tidak sebutkan disini,” kata Eyang Sepuh, Sabtu 14 Mei 2022.
Eyang Sepuh tidak berkenan menyebutkan Sancang berapa saja yang selalu dikunjungi orang untuk mendapatkan kekayaan dengan mudah, memperoleh ilmu kebal, pengasihan, dan yang lainnya. Eyang hanya menuturkan rasa prihatinnya dengan keadaan itu. Bahwa orang tersebut secara tak langsung telah merusak kewibawaan Sancang.
“Mereka telah dibutakan lahir batinnya dengan harta benda yang sebenarnya bisa menjerumuskan dirinya kepada kesesatan. Karena sesungguhnya bagi ummat Muslim tempat meminta dan memohon pertolongan itu adalah Alloh SWT yang jelas Maha Kaya dan Maha Memberi,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan kepada penulis agar tidak mengambil poto sembarangan. Bisa jadi menurutnya, ada beberapa makhluk ghoib tidak berkenan dengan prilaku tersebut. Padahal saar itu tidak ada satu pun wujud yang terlihat. Sementara dampak dari ketidak patuhan itu, disebutkan Eyang, tidak akan bisa pulang hanya terus berputar-putar di lokasi. Kecuali segera meminta maaf dan menghapus poto-poto yang sudah di ambil.***