Alih-alih merespons dengan bijak, sejumlah anggota DPR justru mengeluarkan pernyataan yang dinilai tidak etis dan tidak menunjukkan empati. Akibatnya, sejak 25 hingga 28 Agustus 2025, demonstrasi besar menuntut pembubaran DPR terus berlangsung dan akhirnya memakan korban jiwa seorang pengemudi ojek online.
Kemarahan publik kemudian meluas hingga ke berbagai daerah di Indonesia. Sasaran kemarahan tidak hanya tertuju kepada aparat penegak hukum, tetapi juga kepada DPR yang dianggap gagal menunjukkan tanggung jawab moral. Di Jakarta, puncak kericuhan terjadi pada 30 Agustus 2025, ketika aksi demonstrasi disertai penjarahan serta perusakan rumah beberapa anggota DPR, pejabat, dan pihak lainnya. Peristiwa ini berlanjut hingga dini hari, 31 Agustus 2025 dan menimbulkan keprihatinan mendalam bagi warga ibu kota.










