Namun masih ada gap. Sebagian masyarakat masih memaknai Pancasila, hak anak, atau perlindungan anak sebatas jargon, bukan praktik keseharian. Akibatnya, hak anak atas pendidikan bermakna, cinta, dan keamanan belum sepenuhnya dipenuhi. Tujuan penulisan ini adalah menjawab tiga pertanyaan rekan media Ekpos dan Bedanews dalam kerangka Hari Anak Nasional 2025, untuk mendorong implementasi Kurikulum Cinta, Deep Learning, dan Gapura Panca Waluya. Semua untuk mewujudkan generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045. Berikut Ekplorasi 3 pertanyaan dari Rekan media diantaranya:
Pertama: Nilai Edukasi dari Hari Anak Nasional untuk Indonesia Emas 2045; Hari Anak Nasional membawa pesan bahwa pendidikan harus berbasis cinta, pengakuan, dan harapan. Nilai edukasi yang bisa digali antara lain adalah empati, resiliensi, dan partisipasi anak. Ketika anak didengar, dilibatkan, dan dihargai, mereka tumbuh menjadi warga negara aktif. Contohnya, di sekolah yang mengintegrasikan student voice dalam projek pembelajaran, anak-anak lebih percaya diri menyuarakan ide dan menyelesaikan masalah sosial di sekitarnya. Ini sejalan dengan semangat profil pelajar Pancasila yang dicanangkan pemerintah. Maka, Hari Anak harus menjadi ruang refleksi dan perbaikan nyata, bukan hanya selebrasi tahunan.