“Di sinilah nilai Hari Ayah menjadi relevan. Peringatan ini bukan hanya tentang ucapan terima kasih atau unggahan di media sosial, tetapi momentum untuk mengevaluasi relasi keluarga: adakah ruang dialog yang cukup antara ayah dan anak? Adakah waktu berkualitas yang dihadirkan di tengah kesibukan? Adakah pola asuh bersama yang dibangun setara antara ayah dan ibu?” Tandasnya.
Lebih jauh ia menguraiakn bahwaIndonesia sedang memasuki fase bonus demografi, di mana kualitas generasi muda sangat menentukan arah bangsa. Kita membutuhkan anak-anak yang tumbuh lengkap: cerdas secara intelektual, stabil secara emosional, dan kuat secara moral. Dan itu hanya bisa tercapai jika dua figur utama ayah dan ibu hadir dengan peran yang seimbang.
Lebih dari Seremoni Hari Ayah Nasional seharusnya tidak berhenti pada simbol. Lebih dari itu, ia dapat menjadi basis gerakan kesadaran keluarga: bahwa tanggung jawab moral, emosional, dan spiritual dalam rumah tangga tidak bisa dibebankan hanya kepada ibu. Banyak problem sosial kekerasan, intoleransi, perilaku menyimpang, rendahnya disiplin literasi berakar pada lemahnya fungsi keluarga. Maka menguatkan peran ayah berarti juga menguatkan fondasi bangsa.












