Bandung BEDAnews.com
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan model pendaftaran pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2019 berbeda dibanding SBMPTN tahun 2018.
Ada dua tes yang harus dilalui peserta SBMPTN, yakni tes potensi skolastik (TPS) dan tes kompetensi akademik (TKA). Sedangkan pada tahun 2018, peserta SBMPTN pertama-tama mendaftar pada perguruan tinggi negeri (PTN) yang dituju, selanjutnya diberitahu tempat tes dan mengikuti tes apakah “computer based test” (CBT) atau “paper based test” (PBT).
“Kebanyakan mereka tidak tahu dan masuk secara untung-untungan. Kedua, kalau sekolah fasilitasnya baik, pasti proses pembelajaran akan lebih baik dibanding anak yang fasilitas sekolahnya kurang,” kata Nasir, Rabu lalu.
Berangkat dari sana, tahun ini siswa akan melalui dua tahap tes sesuai dengan kemampuan di bidangnya.
Dijelaskan, perbedaan model pendaftaran SBMPTN tahun 2019 dengan SBMPTN 2018. “Pertama, tes potensi skolastik (TPS), yakni untuk mengetahui potensi anak apakah ketika kuliah nantinya bisa selesai apa tidak, karena tidak ingin anak DO di tengah jalan,” ujar Nasir.
Tes kedua adalah tes kompetensi akademik (TKA). Tes itu untuk mengetahui anak tersebut cocok di bidang apa dengan nilai yang akan keluar lebih dulu. Nasir mengungkapkan, pendaftaran SBMPTN akan dimulai Maret dan April, dimulai tes untuk mendaftar kuliah.
“Misal, si anak punya nilai 98, berarti cocok untuk prodi A. Sedangkan jika nilai 90, cocok untuk prodi B. Mahasiswa bisa menentukan sendiri sebelum memilih jurusan, sehingga sebaran anak lebih baik,” katanya.
Mengenai SNMPTN, Nasir mengklaim adanya peningkatan pada tahun ini. Pendaftaran SNMPTN diperpanjang, karena tidak ingin siswa kehilangan kesempatan akibat masalah pendaftaran. “Kualitas harus tetap dijaga, tapi jangan sampai merugikan anak,” pungkasnya. @hermanto