Oleh: Ahmad Rusdiana (Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
Sudah lima hari memasuki bulal Syawal, suasana kemeriahan Idul fitri masih terasa, ditantadai dengan padatnya arus balik mudik, kendaraan dari desa ke kota. Sukaria mendatangi tempat-tempat wisata menjadi budaya selapas merayakan idul Fitri.
Namun, yang hampir terlupakan selama Ramadhan, sebulan penuh kita berpuasa. Bukankah Puasa Ramadhan target utamanya adalah membentuk insan menjadi bertaqwa. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa” (QS. Al Baqarah[2]:183).
Taqwa itu seperti apa? Para ulama biasa mendefinisikan singkat. Taqwa adalah mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui” (QS. Ali Imran [3]: 133-135).












