Oleh: Kris Tjantra
Jakarta – bedanews.com – Beberapa hari ini, media sosial dibanjiri dengan berita penganiayaan terhadap Ade Armando, salah seorang pegiat medsos, dosen di universitas ternama di Indonesia. Seperti biasa postingan yang beredar di media sosial juga terbelah antara yang membela dan mendukung Ade dan yang mendukung perbuatan biadab tersebut.
Ironisnya, penganiayaan terjadi disaat sekelompok masyarakat sudah selesai menyampaikan aspirasi mereka di Gedung DPR/MPR sebagai bagian dari proses demokrasi dimana Ade justru mendukung aspirasi para pendemo. Apakah ini merupakan kemunduran demokrasi atau krisis kepercayaan?
Bagi sebagian masyarakat yang turun ke jalan mungkin tidak paham betul makna dari demokrasi, kegiatan ini bisa jadi merupakan bagian dari cari menunjukkan eksistensi diri dan kelompok mereka. Ketika para mahasiswa berbicara pada wakil rakyat yang sudah dipilih melalui proses Pemilu, para anggota parlemen jalanan yang memiliki pemimpin dengan agenda tertentu bergerak dengan tujuannya sendiri.